Pep Guardiola Benar, Lionel Messi Masih Yang Tertidak marah: Magis Bintang PSG Kalahkan Manchester C

Pep Guardiola Benar, Lionel Messi Masih Yang Tertidak marah: Magis Bintang PSG Kalahkan Manchester City Pep Guardiola Benar, Lionel Messi Masih Yang Tertidak marah: Magis Bintang PSG Kalahkan Manchester City

Pep Guardiola tahu bagaimana cara mengeluarkan bentuk tertidak sombong Lionel Messi saat masih muda beserta akan Rabu (29/9) dini hari WIB, tampaknya sang pemain yang telah menua bakal bisa dihentikan.

Tapi kewaswasan terbesar bos Manchester City terbilang adalah sang superstar hangat Paris Saint-Germain sekadar membutuhkan satu momen genius bagi membuktikan kualitasnya saat kedua tim bertemu di Liga Champions.

Selama 70 menit dalam Parc des Princes, mantan superstar Barcelona itu belum menunjukkan tanda-tanda sinarnya kedalam penampilan Eropa pertamanya dalam kandang bersama klub barunya.

City mengurungnya atas operan-operan, saat mereka berbisnis menyamakan kedugundahn selesai tertinggal lewat gol Idrissa Gueye pada menit kedelapan, Messi masih terlihat belum padu atas rekan-rekan setimnya.

Kemudian kegemetaran Guardiola terjadi.

Messi bangkit ketika laga menyisakan 15 menit, berlari membawa bola demi terpenting kalinya dalam laga tersebut sebelum bertukar umpan lewat Kylian Mbappe maka mengeluarkankan tendangan melengkung ke sisi atas gawang.

Itu adalah momen magis, gerakan menonjol atas jalannya pertandingan yang menghibur. Gol esensial pemain berusia 34 tahun itu akan klub modernnya, namun yang ke-121 dari Liga Champions dan yang ke-27 kedalam 35 penampilan melawan tim-tim Inggris - 15 lebih berlipat-lipat atas pemain lain mana pun.

Dan itu menjadi penegasan mengapa Guardiola, antara berbagai batas, menggambarkannya bak seorang genius dan pemain terbaik sejenjang masa.

MESSI AND MBAPPE COMBINE FOR A BEAUTIFUL GOAL! It was a matter of time before they clicked, and it was worth the wait ????#UCL pic.twitter.com/5scpcQw1ty

LEO MESSI SCORES HIS FIRST GOAL FOR PSG ???? pic.twitter.com/loIXhBzESC

Bersama-sama, Guardiola dan Messi memenangkan 14 trofi dalam empat musim di Camp Nou, termenganut dua Liga Champions - sesuatu yang belum pernah lagi diraih Guardiola sejak saat itu. Memang sudah menjabat argumen mendunia bahwa pelatih Catalunya itu tidak bisa berjaya di Eropa tanpa Messi.

Harapan Messi akan memenangkan trofi akan kelima kalinya semakin memudar belakangan dempet Barcelona, demi raksasa Spanyol itu bertsusunan mengalami kekalahan memalukan ketimbang PSG, Bayern Munich, Liverpool bersama AS Roma terdalam beberapa musim terakhir.

Kepindahan ke ibu kota Prancis diyakini bisa memperagung peluangnya untuk kembali merupakan raja Eropa, bermain terdalam skema trio penyerang yang hebat bersama Mbappe bersama Neymar bersama di klub di mana Liga Champions target utama mereka.

Komitmennya juga terlihat jelas di laga terkemuka, Messi mau rebahan paling dalam formasi pagar berjiwa PSG di masa injury time guna mencegah tendangan bebas City nan dieksekusi oleh Riyad Mahrez.

Frustrasi dari sudut pandang City adalah mereka tidak dapat menghentikan Messi di saat ada wacana adapun menyebutkan ketiga penyerang hebat Paris masih belum menemukan kekompakan.

Memang, City masih bisa berdalih bahwa kekalahan ini tidak serta merta menutup kans mereka lolos dari Grup A, meski sekarang letak mereka turun ke peringkat ketiga menjelang dua laga krusial versus runner-up grup, Club Brugge.

Bagaimana pun, ini adalah kekalahan esensial City dalam fase grup jauh didalam tiga tahun, selanjutnya yang esensial dalam laga tandang jauh didalam empat tahun.

Dan pekan ini jelas terasa berat bagi mereka karena sesudah menghadapi Chelsea bersama PSG, The Cityzens bakal bertemu Liverpool antara Liga Primer Inggris. Tentu Pep patut memutar otak guna menemukan momen kebangkitan timnya.

Sesungguhnya City punya kans menjumpai pulang ketimbang Paris lewat hasil bersenjang , tapi apa daya mereka tidak bisa memaksimalkan semua kans yang didapat saat mendominasi permainan atas pabersedian Mauricio Pochettino.

Setidaknya ada dua nan mengenai mistar gawang. Pertama, sundulan Raheem Sterling nan ditepis sekuku sebab Gianlugi Donnarumma tenggat mengenai mistar, lalu disusul sebab sambaran Bernardo Silva nan tidak maksimal.

Jelas terbukti, bahwa cukup satu momen magis bahwa ditunjukkan Messi menghancurkan harapan City bagi bisa mengambil satu poin, dan PSG-lah bahwa melahirkan Parc des Princes percaya bahwa mereka telah menemukan bagian bahwa hilang bagi mengakhiri penantian mereka meraih keberhasilan dempet Liga Champions.