Sejarah Paris Fashion Week, Pekan Mode Bergengsi nan Legendaris

Belakangan ini Paris Fashion Week (PFW) tengah menyedot perhatian publik Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena penuh yang mempermakelirukan sejumlah brand lokal yang mengaku tengah menghadiri PFW padahal nyatanya nggak demikian.
Di balik perdebatan tersebut nyaPerbahasan memang PFW sepopuler itu. Mereka memiliki sistem kurasi produk yang ketat, belaka merek-merek fesyen tergemar membantu saja yang bisa tampil di sana. Bahkan demi menonton pekan mode ini, orang-orang lintas negara bahkan benua rela berkunjung ke Paris.
Selain segala perdebatan dan hingar bingar Paris Fashion Week yang diprakarsai oleh Fédération de la Haute Couture et de la Mode ini, yuk kita kenali juga sejarahnya. Simak artikel ini engat habis ya!
Berawal dari keinginan desainer-desainer di Paris
Pada akhir abad 19 Charles Worth, seorang desainer Paris memiliki keinginan untuk memamerkan semua koleksi busana desainer dalam sebuah pagelaran. Ide ini juga diinginkan oleh Paul Poiret di awal abad 20.
Seperti yang ditulis oleh Vogue, Paul Poiret akhirnya menggabungkan perdagangan dengan sosialisasi. Ia memutuskan untuk mengundang penikmat mode untuk ada dalam sebuah daftar dengan busana tertidak emosi mereka.
Di sana desainer juga menampilkan karya-karyanya ala pengunjung. Salah satu karya ikonik dari Paul Pioret yakni memagelebahn gaun kap lampu dan celana harem. Ia memamerkannya di pesta The Thousand and Second Night di 1911.
Pameran ini cukup berkembang di Paris, keliru satunya pada kenaln 1920-an dan 1930-an Elsa Schiaparelli melahirkan gairah serupa untuk menampilkan karya surealisnya, ada pula Madeleine Vionnet yang memamerkan karya draping miliknya.
Pada saat itu pertunjukan pameran cenderung masih dalam lingkup kecil bahkan presentasi terbatas untuk klien dan jauh dari fotografer. Hal ini dilakukan karena kecemasan akan penjiplakan.
Mulai teratur usai Perang Dunia II
Lembaga yang berperan yakni Chambre Syndicale de la haute Couture, badan pengawas fesyen di Paris yang berhak memberi tanda haute pada sebuah karya. Pada 1945, badan itu menetapkan bahwa semua rumah mode layak menghadirkan 35 looks untuk siang dan malam secara musiman agar sekemudian ada karya untuk dipamerkan.
Selain itu, berkembangnya industri fesyen di Paris berbanding lurus dengan industri fesyen New York. Dalam rangka menjaga popularitas, akhirnya pameran koleksi pertama Dior, ‘Corolle’ diizinkan untuk dihaawak media dan heningbil gambarnya.
Akhirnya, Pada 1973, Fédération Française de la Couture resmi berdiri dan menandai Paris Fashion Week pertama di kota mode tersebut.
Persaingannya dengan New York
Seperti yang sudah dijelaskan perkembangan fesyen New York dan Paris bersaing dengan cukup panas. Di PFW yang pertama pagelaran diungkap dengan Battle of Versailles Fashion Show di mana karya lima desainer Paris diadu dengan lima desainer Amerika.
Acara itu cukup menegangkan tapi layak untuk ditonton, apalagi pagelaran tersebut bertujuan untuk penggalangan dana restorasi Istana Versailles.
Tim Paris mengusung Yves Saint Laurent, Emanuel Ungaro, Christian Dior, Pierre Cardin dan Hubert de Givenchy, sementara tim Amerika diwakili Anne Klein, Halston, Oscar de la Renta, Bill Blass dan Stephen Burrows.
Sejak saat itu, pertunjukan mode di Paris makin gagah dan spektakuler. Thierry Mugler menjajah stadion Le Zenith untuk 6 ribu penonton, bra berbentuk kerucut karya Jean Paul Gaultier, dan kebangkitan Chanel di tangan Karl Lagerfeld di 1980-an.
Sejak saat itu pertunjukan PFW selalu tampil makin percaya diri dan spektakuler tiap maklumnnya. Ada luber kejadian atau karya ikonik yang layak untuk dilihat seperti Thierry Mugler menjajah stadion Le Zenith untuk 6 ribu penonton, bra berbentuk kerucut karya Jean Paul Gaultier, dan kebangkitan Chanel di tangan Karl Lagerfeld.
Paris Fashion Week sedahulu penuh dengan hingar bingar dan memiliki prestise tersendiri, apalagi untuk orang-orang yang terjun ke industri Fesyen. Ya nggak heran sih berjibun sekali brand maupun desainer yang berlomba-lomba untuk ikuti Paris Fashion Week.